0
komentar
Bismillah..
Jujur, ntah apa yang terbetik difikirku hingga kutuangkan di tulisan ini. Yang kutahu bahwa terdorong rasa sedih dan kecewa yang sangat, membuatku tak mampu tuk berkata dengan lisan kecuali kembali melemahkan hatiku untuk sebersit rasa yang masih sangat melekat.
Bukan ku ingin menghukumimu sebagaimana mereka menghukummu. Bukan pula kuingin memudahkanmu sebagaimana mereka menganggapmu tak punya arti. Kuingin kau tahu bahwa sebagian hati ini masih untuk mu dan tak kuingin terjadi apapun atasmu kecuali kebaikan yang membuatmu bahagia.
Betul dirimu tak beda dengan kebanyakan orang, dan kau seorang manusia yang tak lepas dari salah dan ketergelinciran. Tapi, andai bisa kita fahami bahwa menuju kesempurnaan itu adalah cita kita bersama. Yang lazim kita bangun dengan keikhlasan dan pengorbanan tak bertepi.
Maka, kukatakan padamu…
Dinda..mengenal sosokmu adalah rahmat Allah atasku, alangkah bahagianya diri ini mengingat dirimu orang pertama yang mengingatkanku akan kesabaran bermuamalah dengan banyak orang. Bahkan kau ajarkan padaku bagaimana berbagi dengan selain diri sendiri.
Tak mampu kugambarkan sedihnya kala kutau dirimu menjauh dari ruang hatiku selama ini, namun tak kunafikan rasa sayang itu masih terjaga disini.di sudut hatiku.
Lalu, ku disentakkan dengan cerita yang menghampiri tanpa ingin kutanyakan asalnya, dirimu ternoda dalam dosa yang tak berwarna kecuali kelam pekat menyesakkan.
Sekian kali kau sangkal tetap ia menyertaimu, semua mata menyorotimu tanpa belas kasih. Seolah apa yang kau lakukan tak pernah dilakukan oleh mereka bahkan sebelum mereka. Terjatuh dan terjerembab pada khilaf tak berujung kecuali maksiat dalam unggahan semu keindahan bernama “cinta”